Konten [Tampil]
Hai, kawan si Kici!
Adakah yang sedang mencari kata-kata bijak untuk diri sendiri? Ketika merasa sedang down pastinya kita membutuhkan semangat. Tak jarang ada yang bisa membakar semangat itu kembali, hanya dengan mendengar kata-kata motivasi. Hal yang terlihat sepele tetapi dapat berdampak besar pada seseorang.
Apalagi akhir-akhir ini tuh buku yang berisi tentang quotes sedang digemarin banyak orang. Hal itu membuktikan orang sangat menyukai dan membutuhkan kata-kata motivasi.
Motivasi untuk Diri Sendiri
Ketika merasa down, insecure, atau merasa sedang susah pasti membutuhkan suntikan semangat. Sayangkan tak semua nasihat orang bisa membuat kita nyaman. Lebih mudah diri kita sendiri lah yang memberikan nasihat karena kita merasa hanya kita yang memahami kondisi kita. Sedangkan orang lain tak memahaminya.Nasihat yang keluar dari diri sendiri biasanya hadir dari sebuah quotes yang selalu kita simpan entah dari film, buku, atau media sosial. Hayoo, ngaku siapa yang hobi menyimpan quotes gitu? Aku juga sering kok dan menggunakannya sebagai nasihat untuk diri sendiri ketika membutuhkan.
3 Kata-kata Bijak untuk Diri Sendiri
Nah, penasaran nggak kata-kata bijak yang biasa aku gunakan untuk memotivasi diriku sendiri? Yuk, langsung aja baca tulisan di bawah!1. Hai, Masalah yang Besar. Aku Punya Allah Yang Lebih Besar!
Siapa si yang nggak punya masalah? Manusia yang hidup di dunia entah kaya atau miskin pasti memiliki masalahnya masing-masing. Kalau nggak punya masalah ya cuma kehidupan di dunia maya aja tuh. Kalau dunia nyata mah pasti ada aja masalahnya.Jadi setiap kali ada masalah, kata-kata inilah yang membuatku semangat. Kenapa aku harus takut dengan masalah yang ada jika aku mempunyai Allah Yang Maha Besar? Walaupun masalah tak serta merta hilang, setidaknya pelan-pelan terurai dengan bantuan Allah. Aku selalu percaya itu karena apalah aku hanya hamba yang lemah.
Lagian setiap masalah yang hadir pasti Allah sudah menakarnya terlebih dahulu. Tak mungkin seorang hamba diberikan masalah yang tak bisa ditanggungnya. Walaupun pada kenyataannya kita pasti akan sedih dahulu ketika ada masalah tetapi itu wajar kok. Selama kesedihan itu tak berlarut-larut.
2. Ubah Iri jadi Doa
Sekarang tuh gampang banget rasanya iri sama orang lain. Apalagi dengan mudahnya orang membagikan segala hal bahagia dan pencapaiannya di media sosial. Ya bukan salah mereka juga si membagikan itu semua. Namun, apakah salah kita yang lalu merasa iri?Aku pun sebagai manusia biasa tak bisa mengontrol perasaanku jika melihat suatu pencapaian seseorang. Lalu apakah harus mempertanyakan kenapa aku kok nggak bisa kaya dia? Berujung iri dengki dan mengeluarkan segala hal yang membuat kita malah makin sakit. Ya jangan doong!
Ketika rasa iri itu tiba-tiba terbesit, maka aku akan mencoba mengubahnya menjadi doa. "Ya Allah, aku pengen deh kaya dia suatu saat nanti." Kalau memang kenal dekat, apa salahnya si bilang, "Doain ya aku bisa kaya kamu." Sambil mengucapkan selamat kepadanya. Maka akan lebih lapang aja perasaannya, nggak sesak akibat iri itu.
Kita memang tak pernah tau setiap perjuangan masing-masing orang. Tak jarang setiap orang memiliki waktunya masing-masing. Jadi kalau memang belum waktunya kita, ya ngapain menyalahkan orang lain yang sudah mendapatkan suatu pencapaian.
Mungkin kebiasaan kita dengan patokan umur ini itu untuk sekolah, kuliah, kerja, menikah dan masih banyak lagi. Menjadikan semua itu harus berjalan on the track. Padahal nggak semua orang memiliki track kehidupan yang sama.
3. Bertemanlah dengan Lelah
Merasa lelah itu wajar tetapi jika terus menerus mengeluh, siapa si yang nggak cape mendengarkannya? Kita sendiri juga malah jadi tambah cape nggak si kalau mengeluh? Mending mah waktunya buat istirahat aja agar lelah itu bisa hilang.Salah satu yang cukup menamparku adalah cerita Dewi Nur Aisyah, seorang perempuan yang ada di gugus covid. Kisahnya yang harus full WFO ketika orang harus WFH di masa awal pandemi. Padahal saat itu, dirinya adalah seorang ibu dari 2 anak dan salah satunya masih asi. Belum lagi suaminya yang sedang S3 di luar negeri. Membuatnya harus LDM.
Kalau mendengar cerita Dewi Nur Aisyah tuh aku selalu malu deh. Perjuangannya nggak ada apa-apa dibandingkan diriku. Sejak membaca tulisan di buku waktu kuliah tuh membuatku jadi belajar banyak darinya.
Mendengar rutinitasnya tentu sudah membuat kita membayangkan betapa lelahnya. Namun, apakah Mba Dewi ini mengeluh? Tenyata tidak. Mba Dewi menjadikan lelah itu teman. Semua aktivitas yang dilakukannya semata-mata hanya karena Allah. Berharap lelah yang selama ini dirasakan bisa membawanya ke surga. Masya Allah banget nggak si?
Posting Komentar
Posting Komentar