Konten [Tampil]
Ini kali kedua aku mengikuti webinar tentang penyakit lepra atau yang lebih familiar disebut kusta. Kali ini tema yang diangkat adalah tentang "Tolak Stigmanya Bukan Orangnya". Kenapa? Ya karena masih banyaknya stigma yang melekat pada orang yang terkena kusta bahkan ketika sudah sembuh. Jadi webinar ini mengajak kita untuk menolak stigma yang beredar tentang kusta.
Webinar kusta ini mendatangkan dua narasumber, yaitu dr Astri Ferdianan, seorang Technical Advisor NLR Indonesia dan Al Qadri, seorang penyintas kusta. Webinar ini diadakan oleh KBR yang bekerja sama dengan komunitas blogger 1minggu1cerita dalam rangka memperingati hari kusta.
Penyakit Lepra atau Kusta
Penyakit lepra atau lebih dikenal dengan kusta adalah penyakit kuno yang semakin diabaikan. Temuan penyakit kusta cenderung stagnan dalam 10 tahun terakhir yaitu 16rb-18rb orang.Indonesia memiliki kasus kusta tertinggi ketiga di dunia. Hal ini terjadi akibat adanya stigma tentang kusta. Sehingga orang yang terkena kusta enggan memeriksakan diri dan membuat penularan kusta terus terjadi.
Penyebab kusta
Menurut pandangan medis, kusta adalah penyakit menular kronis atau jangka lama yang disebabkan bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini menyerang kulit dan saraf di ujung-ujung tepi. Jika kusta terlambat diobati maka ada terjadi kelainan anatomi atau kecacatan pada mata, tangan, dan kaki.Tanda awal kusta
Tanda awal terkena kusta itu sederhana, jadi banyak yang mengabaikan. Penampakannya yang mirip dengan panu. Biasanya muncul bercak dikulit berwarna merah atau putih. Bercak tersebut tidak gatal, tidak nyeri, dan tidak bersisik kalau digosok.Bahkan jika bercak disentuh dengan kapas/cotton bud tidak berasa sama sekali. Sehingga kulit menjadi mati rasa. Jika badan terkena panas, jarum, dan duri maka tidak akan terasa sakit atau perih. Menjadinya orang yang terkena kusta memiliki banyak bekas luka.
Pengalaman OYPMK
Pak Al Qadri membagikan pengalamannya sebagai orang yang pernah mengalami kusta. Beliau mengalami kusta di umur 6 tahun, di saat baru masuk sekolah. Pada saat itu, beliau tidak merasakan sakit ketika dicubit temannya bahkan hingga berdarah. Lalu ada orang tua murid yang mengetahui tentang kusta dan ketakutan dengan kondisi Pak Al Qadri.Kejadian tersebut lalu dilaporkan kepada kepala sekolah. Dampaknya Pak Al Qadri dikeluarkan dengan alasan belum cukup umur karena takut mengatakan alasan yang sebenarnya. Sejak mengetahui Pak Al Qadri terkena kusta maka mulailah terkena diskriminasi hingga keluarga pun merasakannya.
Bayangkan bagaimana perasaan anak yang masih kecil lalu dijauhi oleh teman sebayanya akibat orang tua ketakutan anaknya akan tertular kusta. Menjadikan Pak Al Qadri menjadi sulit bergaul dengan usia sebayanya bahkan keluarga ketika mengadakan hajatan pun menjauhkannya dari orang lain.
"Sakit kusta itu tidak seberapa tetapi sakit diskriminasinya itu sangat sangat terasa."(Al Qadri)
Kejadian yang terjadi pada tahun 70an itu membuat keluarganya berusaha mengobati dengan mencari pengobatan dari sisi medis dan non medis. Sayangnya masih ada keterbatasan informasi. Hingga kondisi Pak Al Qadri memburuk pada tahun 80an. Walaupun terlambat diobati, Pak Al Qadri bertemu dengan OYPMK pada tahun 1989 dan dibawa untuk diobati hingga sembuh.
Kondisi dahulu tentu berbeda dengan sekarang ini. Sekarang ini kusta sangat bisa disembuhkan. Berbeda dengan dahulu yang mengkhawatirkan risika akan mutilasi akibat terlambat diobati karena tidak tahu harus berobat kemana.
Permasalahan saat ini yang masih sama dengan dahulu adalah stigma tentang kusta. Ketika orang divonis mengalami kusta maka orang akan ketakukan berinterkasi. Kondisi psikis orang dengan kusta akan lebih berat dibandingkan dengan penyandang disabilitas karena mengalami double stigma dan diskriminasi. Hingga muncul perkampungan kusta.
Penyakit Lepra ini termasuk penyakit menular yang sudah sanagt tua. Sulit diberantas tuntas. Salah satu kendalanya adalah stigma negatif masyarakat terhadap penyakit ini
BalasHapusJadi penyebab sulitnya penyakkit kusta diberantas karna stigma masyarakat yang cukup kuat ya? Emang butuh proses panjang dan edukasi yang terus menerus untuk memberantas stigmanya.
BalasHapusKisah pak Al Qadri karena mungkin dulu orang-orang yang masih minim dan awam tentang penyakit menular dan bahaya-bahayanya yaa, jadi kalau ada yang terjangkit penyakitnya langsung bikin keputusan dan berasumsi sendiri..
BalasHapusSemoga stigma-stigma negatif pada masyarakat perlaham semakin minim yaa.
Kasian ya para penderita kusta, sudah sakit fisik jga dpet diskriminasi krna stigma yg ada di masyarakat
BalasHapusSedih ya bayangin kisah oypmk yang terkena stigma dan diskriminasi. Semoga dengan banyaknya edukasi semacam ini pada masyarakat, maka kita bisa jadi paham bahwa memang kusta menular namun sangat tdk menular. Asal berobat Insha Allah sembuh, sayangnya dengan stigma jd pada enggan dan malu. Semoga segera teratasi :)
BalasHapusAlhamdulillah sekarang edukasi tentang lepra gencar ya mbak, smg bisa membantu meluruskan stigma yang ada
BalasHapusCara jiti dalam membebaskan Indonesia dari penyakit kusta ini adalah menghapus stigmanya ya.
BalasHapusMakanya untuk Menghapus Stigma ini, harusnyabdilakukan edukasi yang mendalam hingga ke akar rumput. Semoga makin banyak edukasi kesehatan tentang kusta ini bisa kita jumpai ya.
Stigma ini begitu dahsyat, dan masyarakatnya juga begitu lekat dengan stigma yang ada. Bahkan saat diberitahukan yang sebenarnya, mereka tidak percaya dan keukeuh dengan pendapat pribadinya.
BalasHapusAaargh, stigma pada penderita penyakit kusta ini memang wajib dilawan dengan banyak-banyak edukasi seperti ini ya kak
BalasHapus