Konten [Tampil]
Bagian Tujuh: Kabar Mengejutkan
Kinan yang mengigau membuatku ingin melakukan tes DNA dengannya. Aku merasa Kinan adalah sosok Riana yang aku cari. Walaupun aku masih ragu dan perlu membuktikannya.
"Kinan, kamu kenapa tak pernah mengatakan jika kamu Riana? Aku telah mencarimu sejak kejadian belasan tahun itu. Aku selalu berharap kamu masih hidup," aku berkata pada Kinan.
Kinan hanya terdiam tak menjawab. Dokter mengatakan jika Kinan memiliki trauma dan membuatnya melupakan banyak hal baik yang pernah terjadi pada dirinya di masa kecil. Kenyataan yang membuatku sedih.
Kinan membawa anak-anak karena kenangan tentang adopsi dan siksaan oleh orang tua angkat hingga kebakaran itulah yang menjadi pemicu. Kinan memang baik tetapi dirinya ternyata menyimpan luka yang sangat dalam. Luka yang membuatnya tak bisa membedakan mana yang baik dan salah.
Aku pun membawa Kinan ke dokter dan psikolog untuk menyembuhkan semua hal menyakitkan itu. Perlahan aku ingin Kinan kembali mengenalku dan menemukan ingatan bahagia di saat kecil dahulu.
Kinan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menemukan kenangan itu. Kenangan yang terkubur dan hanya tersisa kenangan yang menyedihkan tentu tak mudah untuk dilupakan. Rasa sakit yang tak pernah aku pahami karena hanya Kinan yang tau perasaan itu.
Aku pun kembali ke panti asuhan dan membawa serta anak-anak jalanan. Terkait adopsi, aku dan ibu panti selalu memperketatnya sejak kejadian Kinan. Orang tau angkat tak akan mudah membawa anak pulang. Apalagi jika anak tak menginginkan. Jadi tak ada paksaan sama sekali. Semua adalah kesadaran mereka.
"Kinan, anak-anak sudah bahagia di panti. Kamu jangan pikirkan mereka. Fokus saja pada dirimu," kataku pada Kinan.
Kondisi Kinan yang masih syok tentu membuatnya tak merespon apa-apa. Aku pun memakluminya. Hingga pada suatu hari Kinan tiba-tiba memelukku ketika aku akan pergi.
"Aku rindu," kata Kinan kepadaku.
Respon yang membuatku tak sadar meneteskan air mata bahagia. Aku berharap Kinan segera pulih dan pulang kembali bersamaku ke panti. Menata kehidupan yang lebih baik lagi.
Wajah Kinan yang terdapat bekas luka bakar itupun sedang aku upayakan untuk menyembuhkannya dengan operasi. Tentu membutuhkan biaya yang cukup besar dan tak bisa dilakukan dalam waktu dekat. Aku ingin Kinan dipandang seperti manusia lainnya, bukan dipandang aneh dan dijauhi oleh orang-orang.
Ketika Kinan sembuh nanti, aku ingin Kinan memiliki kehidupan yang lebih baik bersamaku. Bahkan aku pun tak masalah jika Kinan ingin pergi dari lombok. Meninggalkan semua kenangan masa lalu itu. Aku tau berat hidup dengan bayang-bayang masa lalu. Lebih baik pergi dan memulainya dari awal.
Pertemuanku dengan Riana atau Kinan tentu sangat mengejutkan tetapi membahagiakan. Aku tak pernah membayangkan akan bertemu lagi dengannya sejak semua kejadian itu. Aku pun tak ingin berpisah kembali dengan Kinan, satu-satunya harta berharga yang aku miliki. Akan aku jaga dengan baik.
Kondisi Kinan berangsur-angsur membaik dan diperbolehkan untuk pulang. Kondisi Kinan yang masih belum stabil membuatku memilih menyewa rumah dibandingkan kembali ke panti. Aku tak ingin ada hal pemicu emosi Kinan sebelum dia bisa sembuh total. Aku akan berusaha membuatnya nyaman dan tak ada yang bisa membuat luka kembali pada diri Kinan.
Posting Komentar
Posting Komentar