Berkat ODOP, aku akan mencoba mengenal lebih jauh siapa itu Sapardi. Nama yang dijadikan nama grup kecilku. Jadilah aku memiliki kewajiban untuk mengenalnya. Sebuah nama yang tak hanya tersemat di bagian atas grup whatsapp tetapi memiliki arti yang pastinya lebih dalam. Mengajak untuk kita lebih semangat melahirkan karya yang bermanfaat seperti beliau.
Mengenal Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono terkenal sebagai pujangga karena puisinya yang sederhana tetapi memiliki makna yang dalam. Beliau juga dikenal dengan sebutan SDD yang berasal dari singkatan namanya. Lelaki yang lahir pada 20 Maret 1940 merupakan anak pertama pasangan dari Sadyoko dan Saparian. Sapardi kecil hidup di sebuah desa bernama Ngadijayan yang terletak di Solo.Kedua orang tua Sapardi ternyata tak memiliki darah seniman. Darah seniman yang mengalir di darah Sapardi berasal dari kakeknya yang menjadi abdi dalem. Kakeknya memiliki tugas sebagai dalang dan penatah wayang di Keraton Surakarta.
Setelah dewasa, SDD menikah dengan Wardiningsih, adik kelasnya yang berasal dari Jawa. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua orang anak. Seorang putri bernama Rasti Sunyandari dan seorang putra bernama Rizki Henriko.
SDD meninggal dunia ketika dunia sedang mengalami pandemi. Ditengah banyaknya cerita tentang kesedihan, dunia literasi pun harus kehilangan sang pujangga pada 19 Juli 2020. SDD sempat di rawat di RS Eka BSD akibat penurunan fungsi organ tubuhnya. Pada akhirnya Sang Pemilik Raga memilih agar sang punggga beristirahat dari dunia dan tetap dikenang melalui karyanya.
Pendidikan
Sapardi kecil memulai mengeyam pendidikan di Sekolah Rakyat Kraton "Kasatriyan", Baluwarti, Solo. Lalu melanjutkan menempuh pendidikan di SMP Negeri 2 Surakarta (lulus tahun 1955) dan SMA Negeri 2 Surakarta (lulus tahun 1958).Setelah lulus, SDD kuliah dengan mengambil Jurusan Sastra Inggris di Fakultas Sastra dan Kebudayaan, UGM Jogja. Sapardi sempat menempuh studi di University of Hawaii, Honolulu. Kemudian menempuh program doktor di Fakulutas Sastra UI dan lulus tahun 1989.
Karir
Karirnya di dunia literasi sudah dimulai sejak masih mengeyam pendidikan. Sapardi yang masih muda itu, sudah mulai menulis dan mengirimkan karya ke beberapa majalah. Setelah lulus dari UGM tahun 1964, Sapardi sempat menganjar di Fakultas Keguruan dan Seni di IKIP Malang.Tahun 1974, Sapardi bekerja sebagai direktur pelaksana Yayasan Indonesia sekaligus mengajar di Fakultas Sastra UI. Pada tahun 1995-1999, Sapardi dipercaya sebagai Dekan Fakultas Sastra UI dan juga redaktur dari beberapa majalah. Dari majalah Pembinaan Bahasa Indonesia hingga Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia. Keren banget ya? Bisa memiliki berbagai peran dalam satu waktu.
SDD benar-benar hidup di sekitar dunia literasi. Bahkan setelah purna tugas tahun 2005, Sapardi masih mengajar di Sekolah Pascasarjana IKJ. Masa tuanya itupun masih diisi dengan tetap menghasilkan karya fiksi dan non fiksi.
Karya
Salah satu karya SDD yang cukup familiar ditelingaku adalah puisi dengan judul aku ingin. Kalau mendengar judulnya aja si rasanya asing. Namun kalau membaca akan langsung terasa sangat familiar. Entah aku pernah membacanya saat pelajaran bahasa indonesia atau saat membaca undangan. Katanya puisi ini tuh cukup menyetuh dan tak jarang digunakan bagi pasangan yang akan menggenap.Aku InginAku ingin mencintaimu dengan sederhanadengan kata yang tak sempat diucapkankayu kepada api yang menjadikannya abuAku ingin mencintaimu dengan sederhanadengan isyarat yang tak sempat disampaikanawan kepada hujan yang menjadikannya tiada(Sapardi Djoko Damono)
Gimana, familiar nggak si? Apa malah merasakan asing?
SDD cukup banyak menggoreskan banyak karya selama hidupnya. Tak hanya puisi tetapi ada juga karya fiksi dan non fiksi. Karya tuh setiap detik dalam hidupnya selalu melahirkan karya baru ya? Karya yang memacu kita agar meninggalkan jejak agar selalu dikenang walaupun raga tak ada lagi di dunia ini.
Beberapa Karya Sapardi Djoko Damono
Puisi |
Fiksi |
Non
Fiksi |
Duka-Mu Abadi
(1969) Mata Pisau (1974) Perahu Kertas
(1983) Sihir Hujan (1983) Arloji (1987) Hujan Bulan
Juni: Pilihan Sajak (1994) Ayat-Ayat Api
(2000) Mata Jendela
(2001) Namaku Sita (2012) |
Pengarang
Telah Mati (2001) Membunuh
Orang Gila (2003) Trilogi
Soekram (2015) Hujan Bulan
Juni (2015) |
Sosiologi
Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978) Politik
Ideologi dan Sastra Hibrida (1999) Priayi
Abangan: Dunia Novel Jawa 1950 (2000) Pegangan
Penelitian Sastra Bandingan (2005) Bilang
Begini, Maksudnya Begitu (2014) Alih Wahana
(2013) Kebudayaan
(Populer) (di Sekitar) Kita (2011) Tirani
Demokrasi (2014) |
Penutup
Mengenal pujangga yang sudah lama berkiprah di dunia literasi rasanya penting bagi kita yang ingin terjun ke dalamnya. Tak sopan rasanya jika mengaku sebagai penulis tetapi tak kenal pendahulu kita. Dari Sapardi aku belajar banyak. Puisi yang sederhana tetapi meninggalkan kesan yang cukup mendalam. Menjadi saksi bagi generasi selanjutnya, jika pernah ada kehidupan sang pujanga bernama Sapardi Djoko Damono.Pada suatu hari nantijasadku tak akan ada lagitapi dalam bait-bait sajak inikau takkan kurelakan sendiri.(Sapardi Djoko Damono)
Rapinya mba KIA🙃
BalasHapusDulu saaat SMP tahun 85 an, murid murid menghafal para pujangga dan penulis penulis yang sudah punya nama. Memang penting mengetahui sastrawan Indonesia dan mengenal karya karya mereka, salah satunya Sapardi Joko Damono. Terima kasih sharingnya, salam sehat.
BalasHapuspuisi yang judulnya "Aku ingin" dari eang Sapardi ini memang masyur banget ya mba..duh aku sejak ikut ODOP ini aja baru tahu detail tentang penulisnya.
BalasHapusPuisi Aku ingin itu, jadi salah satu lampiran pas aku bikin undangan nikah online hehehe
BalasHapusSajak eyang selalu ada dalam soal Bahasa Indonesia, aku ingin mencintaimu dengan sederhana~
BalasHapusBerkat baca tulisannya Mbak Zakia, saya jadi tau Sapardi Joko. Hehe. Pernah baca sekilas aja tentang beliau
BalasHapus