Konten [Tampil]
Gaya hidup bebas sampah makanan perlu digalakan saat ini. Mengingat isu tentang sampah makanan sangat penting. Membuatku kembali mengenang akan perkataan yang sering aku dengar saat kecil, "Nanti ayamnya mati kalau makanannya nggak habis lho!". Mungkin memang bukan arti yang sebenarnya karena keluargaku tak memiliki ayam. Namun perkataan tersebut dimaksudkan mengajak anak untuk menghabiskan makanannya sejak kecil.
Fakta Sampah Makanan
Tak mengenal dengan baik, bisa jadi kita tak peduli. Menjadi acuh tak acuh akan masalah tentang sampah makanan. Masalah yang sebenarnya cukup memerlukan perhatian. Maka perlu mengetahui dengan baik sepenting apa si masalah sampah ini? Apa memang membutuhkan perhatian lebih?
Sampah Makanan di Indonesia
Dalam laporan tentang Fixing Food di website www.barillacfn.com, Indonesia termasuk dalam negara kedua tertinggi yang menyebabkan sampah makanan. Setiap orang di Indonesia bisa menghasilkan sampah hingga 300kg per tahunnya. Padahal angka proporsi penduduk yang tidak terpenuhi asupan kalorinya meningkat setiap tahunnya. Sungguh ironis bukan?
Sumber: Badan Pusat Statistik
Apalagi Indonesia yang dikategorikan sebagai negara dengan pendapatan menengah di website foodsustainability.eiu.com mengindikasikan jika sampah makanan tersebut dihasilkan sebelum sampai ditangan konsumen. Hal tersebut bisa terjadi akibat pendistribusian makanan yang macet atau menumpuk di satu tempat.
Sumber: www.barillacfn.com
Pernah nggak si melihat sayur atau bahan makanan yang membusuk di pasar atau supermarket? Stok makanan mudah basi yang terlalu banyak tidak sesuai dengan kebutuhan konsumsi masyarakat di tempat tersebut. Akibatnya bahan makanan terbuang begitu saja tanpa sempat sampai di konsumen tingkat akhir.
Sampah makanan yang membusuk sebelum sampai di konsumen mengingatkanku pada kasus panen raya. Sering kali harga panen yang rendah juga sering menjadi akibat meningkatnya sampah. Kenapa? Harga yang terjun bebas membuat para petani enggan untuk menjualnya. Lantas membiarkannya membusuk begitu saja tanpa berupaya untuk menyimpan atau melakukan sesuatu. Jadilah semakin banyak sampah makanan yang terbuang sia-sia.
Sampah Makanan yang Terurai
Apakah masih berpikir jika sampah makanan mudah terurai karena termasuk organik? Pemikiran tersebut memang benar tapi pernahkan sadar akan dampaknya?
Saat makanan yang tidak dimakan terbuang menjadi sampah, maka akan menumpuk begitu saja di TPA. Sampah makanan tersebut akan terurai secara anaerob dan melepaskan metana. Menurut sebuah laporan tentang Fixing Food di website www.barillacfn.com, metana adalah sebuah gas rumah kaca yang 21 kali lebih berbahaya dibandingkan CO2.
Metana yang dihasilkan oleh sampah makanan yang terurai tersebut tidak hanya menghasilkan bau tidak sedap. Sering kan mencium aroma menusuk hidung saat melewati tempat sampah? Itulah tanda terbentuknya gas metana. Aroma menyengat hanya dampak kecilnya saja. Jika dibiarkan bisa terjadi ledakan hebat.
Sumber: Twitter Surplus Indonesia
Ah masa si? Sampah makanan doang bisa jadi ledakan hebat? Yuk kita coba telaah lagi. Apakah ketika membuang sampah kita sudah memilahnya? Jika tidak maka sampah yang terangkut ke TPA tentu tercampur aduk antara organik dan anorganik tentunya. Sampah organik yang tertimbun di TPA dalam kondisi tanpa oksigen tersebut akan terurai dan menghasilkan gas metana.
Gas metana yang dihasilkan lalu terjebak dalam gunungan sampah baru yang terus ditimbun. Namun jika hujan turun maka akan terbentuk rongga antar sampah sebagai celah gas metana untuk naik ke permukaan. Pertemuan gas metana dengan udara itulah yang menyebabkan ledakan karena menghasilkan api pijar. Jika kondisi hujan maka TPA akan mengalami longsor dengan mudahnya.
Sumber: Twitter Surplus Indonesia
Ledakan hebat yang pernah terjadi di beberapa TPA tersebut tak hanya mengakibatkan longsor tetapi menelan korban jiwa juga. Ledakan TPA ternyata tak hanya terjadi di TPA Leuwigajah yang ada di Indonesia. Namun terjadi di beberapa TPA di dunia, seperti TPA Payatas Filipina, TPA Koshe Ethiopia, TPA Guatemala, dan TPA Chongqing China.
Sampah Makanan di Masa Pandemi
Ketika masa pandemi terjadi, yang ada dipikiranku jika hanya sampah medis semakin meningkat. Ternyata sampah makanan pun ikut meningkat akibat adanya pandemi ini. Masa si?
Dalam tulisan tentang Food waste in a pandemic di website www.barillacfn.com, dijelaskan tentang limbah makanan yang semakin meningkat saat pandemi. Adanya kasus petani di Ohio dan Wisconsin yang mengharuskan membuang beberapa liter susu. Ada juga seorang petani Idaho yang membuang beberapa ton bawang ke dalam lubang besar yang digalinya. Sayang banget ya?
Sumber: Freepik
Tak hanya sampah makanan yang dihasilkan oleh produsen saja yang menyebabkan peningkatan sampah makanan. Namun sampah makanan juga dihasilkan oleh restoran ataupun tempat makan akibat pembatasan di awal masa pandemi. Berubahnya perilaku masyarakat yang biasanya membeli makanan menjadi memasak menjadikan penurunan jumlah pembeli. Jadilah stok yang seharusnya bisa habis dalam sehari menjadi busuk akibat pembeli yang berkurang. Berujung makanan tersebut terbuang sia-sia.
Belum lagi masyarakat yang mengalami kepanikan di awal masa pandemi dan membeli bahan makanan tanpa mempertimbangkannya juga menambah sampah makanan. Pembelian tanpa pikir panjang dan penyimpanan yang baik menjadikan makanan yang dibeli cepat membusuk. Padahal di awal masa pandemi banyak yang kekurangan makanan. Namun ada juga yang melakukan pemborosan tanpa memikirkan orang lain. Sungguh miris mengetahuinya.
Sumber: Badan Pusat Statistik
Jika sampah makanan di masa normal saja sudah menempati peringkat pertama dibandingkan sampah jenis lain. Apakah bisa membayangkan ada berapa banyak sampah makanan yang dihasilkan pada saat masa pandemi?
Gaya Hidup Bebas Sampah Makanan
Fakta-fakta tentang sampah makanan seharusnya menyadarkan kita tentang pentingnya menerapkan hidup tanpa sampah makanan. Paling tidak menerapkan hidup minim sampah makanan. Lalu bagaimana kita memulainya?
1. Ambil dan Habiskan
Hal pertama yang aku sadari untuk menghindari membuang makanan adalah mengetahui berapa si makanan yang bisa aku habisakan dalam sekali makan? Setiap orang tentunya akan berbeda-beda kemampuannya menghabiskan makanan. Jadi tak bisa dipukul rata kemampuannya.
Kebutuhan makanan bisa diketahui dengan menggunakan ukuran sendok atau piring yang biasa digunakan. Jika kita terbiasa mengambil makanan sesuai kebutuhan maka tanpa sadar kita akan mengetahui berapa banyak makanan yang bisa kita habiskan.
Sumber: zerowaste.id
Mengambil makanan berarti kita bertanggung jawab untuk menghabiskannya. Itu yang coba aku terapkan pada diriku sebelum mengajak pada orang lain. Dari kebutuhan makanan yang telah aku ketahui maka aku akan mengambil sesuai dengan kebutuhan.
Sejak kecil aku memang dibiasakan untuk mengambil makanan sedikit dan bisa mengambil kembali jika dirasa kurang. Dibandingkan aku langsung mengambil makanan terlalu banyak dan merasa kenyang ketika ditengah makan. Malah akan membuang makanan karena siapa si yang mau memakan makanan sisa di piring orang?
2. Beli dan Simpan dengan Bijak
Pernah gak si kita membeli makanan tanpa mempertimbangkannya dengan baik? Hanya dengan dalih nanti pasti dimakan kok. Kenyataannya makanan tersebut dilupakan dan terbuang dengan sia-sia. Udah buang uang, buang makanan pula.
Sebelum membeli makanan kita perlu membuat meal plan agar tak sia-sia dalam berbelanja. Meal plan tersebut membuat kita lebih bijak dalam membeli sesuai dengan kebutuhan. Menjadikan kita membeli makanan yang akan dimakan kita bukan hanya sekedar mengikuti hawa napsu.
Sumber: instagram @omahrimba
Membeli dengan bijak perlu diikuti dengan penyimpanan yang baik. Ramainya obrolan tentang food preparation tentu menjadi awal yang bagus untuk mengurangi sampah makanan. Food preparation akan membuat kulkas lebih rapi dan tentu makanan tidak akan cepat membusuk karena lebih mudah ditemukan. Masalah makanan yang membusuk di kulkas terjadi akibat penyimpanan yang sembarangan dan sering dilupakan oleh pemiliknya.
3. Pilih Tempat Makan Self Service
Ketika kita memilih makan ditempat makan sebaiknya pilih tempat yang membebaskan mengambil makanan sendiri. Dengan mengambil makanan sendiri maka akan memudahkan kita mengambil sesuai kebutuhan. Tentu saja akan timbul tanggung jawab untuk menghabiskannya karena kita yang telah mengambil makanan itu.
Sumber: beryourselfwoman.com
Jika tempat makanan tersebut tidak mengizinkan kita mengambil makanan sendiri maka aku akan meminta menuangkan makanan yang sedikit dipiring. Hal tersebut aku lakukan karena penjual akan menuangkan makanan sesuai dengan patokan yang sama untuk setiap orangnya. Tak jarang ada yang berkomentar, "Kok cuma sedikit?" atau "Lagi diet ya?". Aku akan tersenyum mendengarnya karena memang hanya segitu yang bisa aku habiskan. Sayangkan jika aku mendapatkan makanan lebih dari apa yang bisa aku habiskan.
4. Sharing, Sisihkan, dan Simpan
Cara tiga 3S terkadang aku lakukan jika membeli makanan. Pergi makan ke sebuah food street tentu akan membuat kita kalap untuk membeli semuanya. Namun apakah sanggup untuk menghabiskan semuanya? Dengan sharing bersama teman tentu kita akan tetap bisa mencicipi banyak makanan tanpa menyisakan sampah.
Sumber: freepik
Cara lainnya ketika pergi makan di luar rumah untuk mengurangi sampah adalah dengan menyisihkannya. Jika terasa makanan yang disediakan terlalu banyak makan minta piring kosong untuk bisa mengambilnya sebagian. Sisanya? Bisa saja kita meminta untuk dibungkus dan kita habiskan nanti ketika perut tak lagi terasa penuh.
5. Olah Kembali
Pernah nggak merasakan bosan memakanan makanan akibat terlalu banyak memasak? Apalagi ketika kumpul keluarga dan menyisakan makanan. Bisa saja kita membagikankan kepada orang lain yang membutuhkan jika jumlah makanan masih cukup banyak. Namun jika tersisa sedikit maka mau tak mau kita harus menghabiskan atau memutar otak untuk mengolahnya kembali. Seperti misalnya nasi yang dingin bisa kita masak menjadi nasi goreng agar lebih menggugah selera.
Sumber: instagram sustaination
Mengolah kembali tak hanya dilakukan pada makanan yang bisa dimakan. Sampah makanan yang tersisa bisa kita olah menjadi pupuk kompos. Hasilnya tentu bisa kita gunakan pada tanaman tanpa harus membeli pupuk.
Jadi gimana nih? Tertarik menerapkan gaya hidup bebas sampah makanan setelah mengetahui faktanya? Cara apa yang kalian lakukan untuk mengurangi sampah makanan? Yuk, mulai dari diri sendiri dan tularkan pada orang lain agar lebih banyak orang yang hidup minim sampah makanan!
Halo kak. Menginspirasi sekali tulisannya. Aku jg aware dgn masalah sampah ini, setiap lihat sampah numpuk kayak ngerasa kasihan dgn bumi kita. Dalam sehari saja sdh brp banyak sampah yg kita hasilkan, dst.
BalasHapusKlo setiap org menerapkan cara di atas, bisa banget ya ngurang2in sampah ke bumi kita.
Iya kan butuh action si emang dari masing-masing orang untuk mengatasi masalah sampah. Kalau cuma bisa protes ya nggak akan bisa selesai.
HapusHaii mbak, apa kabar :D
BalasHapusYaa, sampah makanan ini, salah satu sampah terbesar yang ada yaa. Jadi, mungkin, kalao mau beli makanan,atau kalo mau masak, jangan sampe mubazir, ntar malah ga kemakan, dan akhirnya terbuang yaa
Alhamdulillah baik kak. Iya kalau beli makanan perlu tau kapasitas perut masing-masing. Jangan ikut gengsi gitu beli banyak tapi berujung dibuang.
HapusFood waste ini memang terlihat sepele tapi dampaknya banyak ya. Dari segi mubadzir, banyak yg nggak bisa makan malah kita buang2 makanan, belum lagi di TPA-nya. Penting bgt untuk bijak dari sumbernya hingga pengelolaannya ;)
BalasHapusIya kak, food waste kalau dikumpulin mungkin bisa kasih makan banyak orang dan nggak ada lagi yang kelaparan.
HapusBener banget harus memilah sampah anorganik dan organik, kemudian mengolahnya. Ambil makanan secukupnya dan habiskan agar tidak mnimbulkan sampah lagi.
BalasHapusIya kak, aku sendiri juga masih belajar memisah sampah organik dan anorganik. Suka kagum aja sama yang disiplin gitu ngurusin sampah rumah tangganya.
HapusIya nih, sampah makanan paling banyak ya. Aku pengen bikin kompos mbak, sharing caranya dong mbak. Hehe
BalasHapusTak bisa dimungkiri emang yah mba kalau sampah makanan itu banyak apalagi klu gak dihabiskan.
BalasHapusBener banget nih tulisannya kk. Jujur kadang saya pun tanpa sengaja bikin sampah makanan. Kalau dikumpulkan seminggu pasti dah banyak tuh.
BalasHapusAku sejauh ini bru smpe mengusahakan ga ada sisa makanan mba, walau kdg msih susah jga krna anak suka gtm
BalasHapusSetuju mbak Zakia pengelolaan sampah hendaknya dimulai dari dirumah dan dari sendiri dulu. Aku mulai memilah sampah mana yang bisa didaur ulang mana yg tidak, emang efektif bikin jumlah sampah yang mapir ke TPA jadi sedikit.
BalasHapusIya sedih ya faktanya sampah makanan banyak dan masih banyak saudara kita kekurangan makanan. Aku sebisa mungkin baru bisa nerapin ke diri sendiri dan keluarga untuk menghabisakan makanan dan tidak membuang2 makanan. suka sedih kalau makan di resto apa lagi macam buffe hotel gitu banyak yang mubadzir makanan ya mbak.
BalasHapusTernyata dampaknya berbahaya sekali ya kak..huff dulu di rumah pernah pilah pilih sampah, namun pas masuk angkutan sampah kok dijadikan satu..huff. kalau untuk makanan sekarang belanja secukupnya sesuai kebutuhan
BalasHapusAku suka sedih kalau pas lagi di hajaran atau di cafe, banyak orang yang menyisakan makanannya. Terlebih di hajatan. Andai mereka paham dampak mengerikan buat lingkungan, mungkin mereka bisa lebih bijak mengambil menunya ya mbak.
BalasHapusAku pribadi suka bawa pulang makanan yang tidak habis. Kadang kalau ikan atau ayam kukasih kucing di jalan.
Apalagi sampahnya dicampur dengan korek api bekas gitu yaa, bahaya bangett. Ledakannya bisa terjadi kapan saja.
BalasHapusEhmm, btw itu habis makan apa sih bersih amat mangkoknya? Wkwkwkwk
Setuju dengan pemilihan sampah. Pola makanan di dalam keluarga pun harus dirubah. Sewaktu kecil, Ibu membiasakan kami makan di piring yang lebih kecil atau di piring besar dengan porsi yang kecil. Makan pun harus di meja makan dan tanpa kegiatan lainnya.
BalasHapusWaktu masih kecil sih berasa siksaan tapi memang makan jadi lebih mindfulness (apalagi kalau makan bukan menu favorit, berasa banget heheh). Anw, ternyata perilaku makan seperti itu bisa saja membuat kita lebih mengontrol apa yang kita makan. Ujungnya sih ke lebih sedikitnya sampah organik rumah tangga.
bener banget kak! biasanya juga aku cuma beli sayur di pasar sesuai dengan porsi orang di rumah jadi meminimalisir bahan terbuang :D
BalasHapus