Konten [Tampil]
Siapkah menjalani peran sebagai istri? Ketika menikah maka kita harus mau menerima peran baru sebagai istri. Lalu apakah kita yang menikah dan belum menikah sudah siap menjalankan peran tersebut?
Pada sabtu 16 januari 2021, aku mengikuti sharing time yang diadakan oleh Komunitas Cendikia Rumah Tangga. Komunitas khusus perempuan yang mewadahi agar kita para perempuan baik yang single maupun sudah menikah siap menjalankan peran sebagai istri dan ibu. Salah satu hal yang aku dapatkan di komunitas tersebut adalah kegiatan sharing time bersama Kak Lulu.
Lulu Azzahra, nama yang tak asing lagi bagiku. Apalagi jika mengikuti instagram positivistri. Seorang istri dan juga ibu yang sering membagikan pengalaman tentang kehidupan rumah tangganya. Jujur sangat menyenangkan jika mengikuti sharing bersama Kak Lulu. Mendengarkan suaranya yang renyah dan ekspresinya yang selalu bersemangat ketika menyampaikan materi.
Menjalani Peran sebagai Istri
Pada sharing time itu Kak Lulu menyampaikan beberapa poin penting agar kita siap dan memahami apa si itu peran istri. Memang sepenting apa si peran sebagai istri itu?
Peran Perempuan
Peran perempuan yang disampaikan adalah peran perempuan setelah menikah. Ketika menikah maka kita harus paham peran apa yang akan kita emban ketika menikah. Jika tak paham bisa jadi peran utama kita jadi terbaikan dan tergantikan oleh peran-peran lain.
1. Sebagai Hamba Allah
Sampai kapan pun peran kita yang utama adalah sebagai hamba Allah. Apapun yang kita lakukan dilakukan dengan niat beribadah pada Allah agar tak sia-sia. Begitu pula ketika menikah kelak.
2. Sebagai Anak
Tak ada istilah mantan anak atau orang tua. Walaupun menikah menjadikan suami yang bertanggungjawab pada istri, tetapi tetap kita masih memiliki peran sebagai anak. Jika suami paham akan peran ini, maka tak akan menghalangi kita untuk menjalankan peran sebagai anak.
3. Sebagai Istri
Peran baru yang akan hadir ketika menikah adalah sebagai istri. Peran yang mungkin belum pernah terbayangkan sebelumnya.
4. Sebagai Ibu
Lalu ketika memilik anak, maka akan datang peran baru sebagai ibu. Jika telah tuntas menjalankan peran menjadi istri, maka akan mudah menjalankan peran sebagai ibu.
5. Sebagai Menantu
Menikah membuat kita memiliki orang tua baru. Maka harus bisa menjalankan peran sebagai menantu. Dan tak boleh membedakan orang tua sendiri dengan orang tua pasangan.
Apakah kita bisa memilih salah satu peran itu? Ternyata tidak, karena peran tersebut adalah satu kesatuan. Jadi tak bisa saling dikotak-kotakkan. Tapi sadar gak si, dijaman ini banyak perempuan yang saling menghakimi perempuan lain? Padahal peran kita sebagai seorang perempuan itu sama dimata Allah. Yang membedakan adalah ranah apa yang diambil perempuan sesuai kemampuannya, selama tak melupakan peran utamanya.
Persiapan Diri
Ketika menikah dan akan menjalankan peran baru maka diperlukan ilmu yang harus dipersiapkan. Agar nantinya bisa siap menjalankan peran tersebut dan terhindar dari konflik yang mungkin muncul di kehidupan pernikahan.
1. Persiapan Ruhiyah (Spiritual)
Bagaimana kita mempersiapkan diri sebagai hamba Allah. Dimulai dari ibadah wajib seperti sholat 5 waktu, kemudian dilanjutkan dengan ibadah sunnah. Walaupun semua itu dilakukan dengan harapan memiliki jodoh yang baik pula, jangan sampai melupakan niat utama beribadah pada Allah.
2. Persiapan Ilmiya-Fikriyah (Ilmu Intelektual)
Mempersipkan ilmu yang mendukung kehidupan ketika menikah kelak, seperti ilmu parenting, finansial, dan ilmu lain yang terkait.
3. Persiapan Jasadiyah
Menikah perlu mempersiapkan badan yang sehat dengan berolahraga dan juga menjaga asupan makanan. Bila perlu lakukan juga pemeriksaan kesehatan agar bisa mencegahnya sedari awal.
4. Persiapan Ma'diyah (Material)
Tidak hidup boros, bisa mengelola keuangan dan harta. Sangat penting persiapan ma'diyah karena kita tak lagi hidup sendiri dan memiliki keinginan pribadi, tapi ada pasangan kita yang juga memiliki keinginan pribadi.
5. Persiapan Ijtima'iyyah (Sosial)
Kita akan lekat dengan hubungan sosial ketika menikah. Agar bisa menjalai hubungan sosial yang baik, tak menghabiskan waktu untuk bergossip ria tapi menghasilkan sebuah komunitas yang baik.
Persiapan tersebut nantinya akan membantu menjalankan peran ketika menikah. Kadang ada kalanya kita yang sudah mantap mempersiapkan diri, menemukan sebuah realita yang tidaks esuai dengan ekspektasi karena lupa dengan persiapan menikah yang dipelajari sebelumnya. Sehingga perlu terus mempelajarinya setelah menikah agar tetap mantap menjalani peran sebagai istri.
Peran Istri
Menjalankan peran sebagai istri tak lepas dari hak dan kewajiban. Istri yang solihah akan mengatahui hak dan kewajibannya. Sehingga tak akan lalai dan hanya meminta haknya saja tanpa menjalankan kewajibannya.
Hak Istri
1. Mendapatkan mahar ketika menikah, tentunya mahar yang mudah dan tidak memberatkan calon suami.
2. Mendapatkan nafkah baik sandang (pakaian siap pakai), papan(tempat tinggal siap huni), dan pangan (makanan siap santap). Nafkah yang diberikan sesuai dengan kemampuan suami, sehingga seorang istri tak perlu membanding-bandingkan. Selama haknya terpenuhi.
Kewajiban istri
1. Melayani kebiologis suami (tidak hanya kewajiban tapi hak)
2. Menyerahkan kepada suami akan tinggal
3. Izin ketika ada tamu laki-laki yang akan datang ke rumah
4. Taat kepada suami, selama tidak bertentangan dengan syariat
5. Menjaga harta dan kehormatan diri
6. Meringankan pekerjaan suami
7. Bekerja sama dengan suami dalam mengurus rumah dan mendidik anak
Ketika kita paham hak dan kewajiban kita sebagai istri maka kita akan bisa survive dalam menjalani peran. Ketika menikah, tugas kita tak hanya menjalani aktivitas sehari-hari, tetapi juga perlu berkontribusi dalam kebahagiaan rumahtangga, mendukung visi besar suami, dan menasihati dalam kebaikan.
Jadi dengan amanah apapun yang kita jalankan, selalu ingat kewajiban kita. Apalagi jika memiliki pasangan dengan visi misi yang sama. Suami akan ridho dengan peran di yang kita jalankan diluar sana. Dengan ridho dan dukungan suami, maka lelah yang kita rasakan akan lebih terasa nikmat.
"Tugas perempuan yang paling dominan disebut dalam Al Quran adalah sebagai seorang istri. Artinya apa? Perempuan harus selesai dengan segala ego pribadinya dan kesibukan-kesibukan di luar rumah, lalu fokus dan kembalilah ke rumah. Tugas yang paling sedikit disebut dalam Al Quran adalah peran sosial, karena memang ranah sosial bukan fitrah perempuan."Ust. Budi Ashari
Jika peran istri dan ibu terabaikan dan tergantikan dengan peran yang lain, bisa jadi suatu generasi hancur. Jadi jalankan peran kita sebagai istri dengan mantap dan maksimal agar membantu dalam menjalankan peran sebagai ibu. Peran istri akan menjadikan pondasi yang mengajarkan keteladanan kepada anak.
Tidak ada kata terlambat! Terlambat hanya untuk kaum rebahan yang suka bermalas-malasan. Karena sejatinya memperbaiki diri adalah wajib seumur hidup, maka sudah sepantasnya harus lebih baik setiap harinya. Menuntut ilmu banyak banyak, agar Allah lapangkan kesabaran, ikhlaskan dalam kebaikan, dan kompak berubah bersama-sama jadi lebih baik.Lulu Azzahra
Jadi apakah kalian para perempuan siap menjalani peran sebagai istri? Yuk belajar karena tak ada kata terlambat dalam memperbaiki diri!
Bermanfaat banget nih informasinya
BalasHapus