Konten [Tampil]
Nyaman memakai hijab memang tak langsung dirasakan ketika pertama kali memakainya. Aku pun menemukan rasa nyaman setelah lebih dari 10 tahun menggunakannya. Padahal hijab itu kewajiban bagi muslimah, jika tak nyaman maka menggunakannya akan tersiksa akibat terpaksa.
Terpaksa Memakai Hijab
Bersekolah di sekolah swasta islam, membuatku harus menggunakan hijab sehari-hari ketika bersekolah. Pokoknya tak ada yang namanya ke sekolah dengan rambut tergerai atau menggunakan jepitan warna warni nan cantik. Semua itu tertutup oleh hijab. Bahkan rambut yang panjang harus gulung agar tak tampak. Ribet pokoknya.
Tapi semua itu hanya terjadi di sekolah saja, di rumah atau jika aku bermain maka kugunakan kaos dan celana pendek. Mana sempat memakai hijab, bahkan baju panjang pun hanya sesekali digunakan saat pergi jauh. Kalau bertemu guru atau teman sekolah, terkadang akan bersembunyi akibat tak memakai hijab. Malu rasanya, tapi hanya pada manusia saja itupun orang tertentu. Bukan malu pada Allah.
Masa lulus sekolah dasar pun penentuan bagiku. Jujur sempat kepikiran untuk melepas hijab, ya kan aku masuk negeri bukan swasta islam lagi. Mana ada si kewajiban untuk memakainya di sekolah. Tapi lagi-lagi atas dasar malu pada manusia, aku kembali tetap memakainya. Sekolah, pergi keluar, pergi les, dan pergi ke tempat lain.
Jika di rumah dan sekitarnya, maka lagi-lagi aku hanya memakai kaos dan celana pendek. Bahkan jika pergi berenang maka hijab itu aku tanggalkan. Memasukin remaja mungkin aku sudah memakai baju renang muslimah tanpa hijab, tapi sebelumnya ya taulah bentuk baju renang tuh kaya apa. Mempelihatkan paha dan juga ketiak. Ya gitu lah. Nggak usah dibayangkan.
Semua itu masih terus terjadi hingga aku kuliah. Rasa nyaman belum juga hadir, membuatku masih memakai baju pendek ketika berkeliaran di sekitar rumah. Padahal mah ya ada yang bukan mahram di sana. Tapi bodo amat, kan cuma sebentar pikirku.
Nyaman Memakai Hijab
Berteman dengan teman-teman yang sudah istiqomah berhijab membuatku tersadar. Tak lagi berpikir untuk melepasnya. Bukan nasihat ataupun ajakan dari mereka yang membuatku bertahan tapi cerita-cerita mereka.
Katanya dulu aku juga kaya kamu kok, masih pakai celana. Ribet kalau pakai rok. Atau aku juga dulu hijabnya pendek kok. Tapi gatau kenapa lama-lama risih dan nggak nyaman.
Pengertian mereka tentang diriku yang masih jauh dari sempurna. Mungkin masih belum menemukan rasa nyaman dan malu karena Allah. Membuatku mau pelan-pelan belajar. Belajar mengganti celana menjadi rok, belajar memajangkan hijab, belajar memakai baju yang lebih longgar. Dan juga belajar tak memandang perempuan yang belum berhijab atau baru berhijab itu lebih buruk dariku.
Nyaman itu ketika kita mulai sadar hijab itu melindungi tak membuat ribet. Melindungi diri dari debu, panasnya matahari, atau mata-mata nakal orang lain. Tak lagi akan ribet memikirkan rambut kusut, bau, atau harus menyisirkan ketika akan pergi, kan nanti tertutup hijab. Sehingga sudut pandang tentang hijab di mataku berubah.
Aku bersyukur bisa merasakan nyaman memakai hijab. Walaupun diawali dengan keterpaksaan. Tapi lagi-lagi pertanyaan muncul, "kalau bukan karena terpaksa di awal apa sekarang aku sudah memakai hijab?".
yaa setuju, kebaikan itu awalnya dipaksa biar lama-lama terbiasa.. :))
BalasHapusSemoga istiqomah, kak!
BalasHapus