Konten [Tampil]
Agama Warisan Orang Tua
Satu hal yang selalu terngiang sampai sekarang adalah kata-kata kalau islamku karena ikut orang tua. Aku sholat, baca Al Quran, puasa, dan ibadah lainnya karena memang itu yang diajarkan dan dibiasakan sejak kecil. Tapi memang benar kan? Lalu apa yang harus bisa aku bantah?Beda kasus jika aku mualaf, maka orang akan menganggap jika islam adalah agama pilihanku. Bukan karena warisan dari orang tua. Tapi apa benar jika kita memeluk islam sejak kecil maka islam tak bisa jadi agama pilihanku? Sebuah pertanyaan yang cukup membuatku terdiam dan lebih banyak berpikir. Bagaimana caraku membuat diriku yakin jika islam pilihanku sebelum mengatakkannya pada orang lain. Jika diri sendiri saja ragu apalagi orang lain?
Aku tak mempermasalahkan jika orang mengatakan jika agamaku adalah warisan orang tua. Aku tak menampiknya karena memang benar. Tapi islam menjadi agama yang aku pilih walaupun sebelumnya itu berasal dari warisan orang tua. Kok bisa? Ya karena aku mencari jawabannya. Aku tak ingin ada sebuah keraguan ketika aku memilih sesuatu. Jadilah aku bisa yakin menjawab islam memang yang aku yakini.
Perjalanan mencari jawaban memang tak mudah. Kadang kala lelah ingin berhenti sejenak, kadang kala bersemangat hingga bisa berlari begitu cepatnya. Lalu bagaimana caranya aku mencari jawaban itu?
1. Belajar tentang Islam
Bukankah aku sudah belajar sejak kecil? Tapi entah kenapa semua ilmu tersebut seperti angin lalu. Belajar si belajar tapi tak pernah diresapi. Tak pernah sungguh-sungguh ingin memahami. Lebih banyak belajar dilakukan untuk sekedar mencari nilai. Tragis memang. Kalau bisa mungkin akan ku katakan pada diriku yang dulu, ngapain cape-cape belajar gitu, buang-buang waktu. Nilai bagus tapi hasilnya nol besar.Menyesal pasti ada, tak bisa kupungkiri. Tapi selama nafas terakhir belum diujung tenggorokan, masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Mulai ikut kelas bengkel diri, belajar tentang agama dan juga ilmu yang bermanfaat bagi dunia. Agar lebih seimbang. Belajar kembali tahsin, ketika membaca quran tak hanya sekedar membaca tapi harus berusaha mendekati sempurna. Belajar tentang tauhid, hal pertama yang diajarkan semua nabi sebelum ilmu-ilmu agama yang lain.
Intinya belajar semua lagi dari awal untuk mengulang apa yang pernah aku dapatkan ketika kecil. Dengan begitu maka timbul keyakinan jika islam memang pilihanku. Bukan hanya agama yang diwariskan orang tua.
2. Mencari Lingkungan yang Nyaman
Belajar sendiri apa menyenangkannya? Tak ada yang mengingatkan ketika sedang futur, ketika sedang lelah, atau sedang berada di bawah. Sebagai manusia memang wajar tapi tak dibenarkan untuk terus menerus begitu. Maka diperlukan sebuah lingkungan yang nyaman. Banyak lingkungan tempat kita belajar agama tapi jika tak nyaman? Bisa jadi aku kabur karena tak betah.Nggak mudah si memang menurutku menemukan lingkungan yang nyaman. Keluar masuk satu lingkungan cukup biasa bagiku. Hingga bisa bertahan dibeberapa lingkungan yang selalu mengingatkanku tentang kebaikan. Kalaupun tak lagi nyaman, apa salahnya mengatakan dengan baik-baik. Daripada bertahan tapi hati sudah tak lagi berada di sana.
3. Memahami Al Quran
Membaca kalam Allah memang membuat kita tenang. Tetapi berusaha memahaminya akan membuat rasa cinta kita kepada-Nya semakin bergetar hebat. Saat ini, aku masih dalam tahap belajar, tak sekedar membaca tetapi mencoba menghafalkan sekaligus memahami arti. Jadi ketika kita melantunkan sebuah ayat, kita akan lebih memahami apa si yang sebenarnya kita hafalkan. Apalagi aku yang suka terbalik-balik bacaannya.Memahami arti setiap ayat di Al Quran adalah salah satu kunci lebih cepat menghafal. Atau ketika kita lupa maka dengan mengetahui artinya kita akan lebih mudah mengingatnya. Mengetahui urutan setiap ayatnya yang ketika dirangkai menjadikan sesuatu yang menyentuh karena kita paham artinya.
Kalau bukan agama warisan orang tua, apa mungkin aku akan mengenal islam? Apa mungkin aku bisa mendapatkan kesempatan mempelajarinya? Dari warisan menjadi pilihan memang butuh proses. Tak jarang ada yang menyerah lalu berpindah haluan. Semua itu pilihan, walaupun diperbolehkan untuk mengajak bertahan. Tapi jangan sampai merendahkan dan menghujat selama bisa hidup berdampingan dengan damai. Itu kan yang Rasulullah ajarkan?
Ya seperti itu, berawal dari warisan trus ke pilihan
BalasHapusAlhamdulillah mendapat warisan sebagai seorang muslim, barisan orang-orang yang berserah diri di jalan Allah. Itu adalah warisan yang tak ternilai, tapi aku tetap Salut dengan perjuangan orang-orang yang menjadikan islam sebagai pilihan hidup. Kadang suka bertanya dalam hati: Jika bukan sebagai warisan, apa mungkin aku juga bisa berjuang seperti mereka dalam mencari kebenaran.
BalasHapusBener ya kadang juga mikir dan membanding2kan, bahwa ko islam dari lahir kurang "berasa" cintanya tapi terus belajar, dengerin kajian, dan doa agar diberi kenikmatan Iman dan Islam.
BalasHapusNikmat terbesar yang terkadang kita lupa adalah nikmat Iman Islam. Bersyukur banget pastinya terlahir sebagai muslim. Ada kewajiban untuk belajar dan mengkaji Islam, mulai dari aqidah. Nah di bab inilah muslim tadi mampu berfikir dan memahami Islam sehingga keimanannya betul2 dari jalan berfikir yg sahih dan bisa temukan Islam sesuai dengan fitrah manusia, menentramkan jiwa. Semangat!
BalasHapusAku dulu suka 'iri' sama yg mualaf mba. Mereka lebih paham tentang Islam dibanding aku yang muslim sejak lahir.
BalasHapusKarena sadar ilmu agama ga seberapa, beberapa tahun belakangan aku mulai rajin belajar. Banyak baca. Dan semakin dipelajari makin terasa bahwa Islam bener-bener agama yang luar biasa