Konten [Tampil]
Bismillah ...
Tulisan ini terinspirasi dari buku Menata Hati karya Nazrul Anwar. Ada sebuah cerita di dalam buku tersebut yang membuatku terus terngiang. Sebuah cerita tentang perempuan yang mengeluhkan tentang orang lain yang mengkritik dirinya. Layaknya perempuan pada umumnya, pasti ketika menerima sebuah kritikan terkadang menjadikan dirinya baper, kesal, marah, sedih, atau tidak suka dengan kritikan tersebut. Wajar? Mungkin karena aku juga terkadang begitu.
Sebuah kritikan dari orang lain, entah baik atau buruk, entah benar atau salah, entah disampaikan secara baik-baik atau tidak, ternyata sesekali perlu kita terima dengan lapang dada. Dengarkan segala kritik tersebut lalu saring yang memang perlu kita terima dan jadikan introspeksi diri. Layaknya sebuah cermin yang memantulkan bayangan diri kita, perlu kan sekali-kali kita melihatnya lalu menerima apa yang telah diciptakan Allah. Walaupun telah menerimanya tapi jangan lupa untuk merawatnya.
Dengan cermin pula kita bisa melihat atau memperbaiki penampilan kita, apakah rambut ini sudah tersisir rapi, apakah jilbab ini sudah terpakai dengan benar tanpa ada rambut yang terlihat, apakah make up di wajah sudah pas, dan lain sebagainya. Tetapi cermin hanya bisa memantulkan bayangan yang bersifat fisik saja untuk memperbaiki apa yang bisa kita perbaiki secara fisik. Sedangkan sifat, karakter, kepribadian, dan lain-lain yang bersifat non fisik tak akan bisa tampak hanya dengan menggunakan cermin. Sehingga kita sesekali memerlukan kritik orang lain sebagai cermin dalam bentuk lain yang bisa membuat kita mengerti sifat, karakter, dan lain sebagainya pada diri kita yang terlihat oleh orang lain.
Kritik orang lain itu seperti menggambarkan peribahasa gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Kita terkadang tak bisa menyadari kekurangan kita tentang sifat, sikap, perilaku kita tapi kita akan sangat sadar dengan tingkah laku orang lain. Sehingga orang lain bisa dengan mudahnya mengatakan seperti apa diri kita di mata mereka. Dengan kritik tersebut kita bisa memperbaiki diri kita, apa yang memang perlu diperbaiki ambilah kritik tersebut sebagai introspeksi diri tapi jika memang kritik tersebut hanya bertujuan menjatuhkan maka buang saja tak perlu dipikirkan.
Sesekali kita memang memerlukan kritik orang lain sehingga kita bisa terus berproses menjadi hamba Allah yang lebih baik. Lakukan dengan sadar proses memilah kritik orang yang akan dijadikan dasar introspeksi diri agar tak ada perasaan baper, sedih, marah yang berlarut-larut. Bisa jadi kita sempat sedih atau marah sebentar saja, lalu setelahnya kita memperbaiki diri yang dirasa masih kurang. Sehingga nantinya orang lain bisa melihat jika kita berusaha untuk terus berproses menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Tulisan ini terinspirasi dari buku Menata Hati karya Nazrul Anwar. Ada sebuah cerita di dalam buku tersebut yang membuatku terus terngiang. Sebuah cerita tentang perempuan yang mengeluhkan tentang orang lain yang mengkritik dirinya. Layaknya perempuan pada umumnya, pasti ketika menerima sebuah kritikan terkadang menjadikan dirinya baper, kesal, marah, sedih, atau tidak suka dengan kritikan tersebut. Wajar? Mungkin karena aku juga terkadang begitu.
Sebuah kritikan dari orang lain, entah baik atau buruk, entah benar atau salah, entah disampaikan secara baik-baik atau tidak, ternyata sesekali perlu kita terima dengan lapang dada. Dengarkan segala kritik tersebut lalu saring yang memang perlu kita terima dan jadikan introspeksi diri. Layaknya sebuah cermin yang memantulkan bayangan diri kita, perlu kan sekali-kali kita melihatnya lalu menerima apa yang telah diciptakan Allah. Walaupun telah menerimanya tapi jangan lupa untuk merawatnya.
Dengan cermin pula kita bisa melihat atau memperbaiki penampilan kita, apakah rambut ini sudah tersisir rapi, apakah jilbab ini sudah terpakai dengan benar tanpa ada rambut yang terlihat, apakah make up di wajah sudah pas, dan lain sebagainya. Tetapi cermin hanya bisa memantulkan bayangan yang bersifat fisik saja untuk memperbaiki apa yang bisa kita perbaiki secara fisik. Sedangkan sifat, karakter, kepribadian, dan lain-lain yang bersifat non fisik tak akan bisa tampak hanya dengan menggunakan cermin. Sehingga kita sesekali memerlukan kritik orang lain sebagai cermin dalam bentuk lain yang bisa membuat kita mengerti sifat, karakter, dan lain sebagainya pada diri kita yang terlihat oleh orang lain.
Kritik orang lain itu seperti menggambarkan peribahasa gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Kita terkadang tak bisa menyadari kekurangan kita tentang sifat, sikap, perilaku kita tapi kita akan sangat sadar dengan tingkah laku orang lain. Sehingga orang lain bisa dengan mudahnya mengatakan seperti apa diri kita di mata mereka. Dengan kritik tersebut kita bisa memperbaiki diri kita, apa yang memang perlu diperbaiki ambilah kritik tersebut sebagai introspeksi diri tapi jika memang kritik tersebut hanya bertujuan menjatuhkan maka buang saja tak perlu dipikirkan.
Sesekali kita memang memerlukan kritik orang lain sehingga kita bisa terus berproses menjadi hamba Allah yang lebih baik. Lakukan dengan sadar proses memilah kritik orang yang akan dijadikan dasar introspeksi diri agar tak ada perasaan baper, sedih, marah yang berlarut-larut. Bisa jadi kita sempat sedih atau marah sebentar saja, lalu setelahnya kita memperbaiki diri yang dirasa masih kurang. Sehingga nantinya orang lain bisa melihat jika kita berusaha untuk terus berproses menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Jadikan kritik sebagai penyemangat dan nasihat dalam kebaikan ♥
BalasHapusAda baiknya kritik dan saran disampaikan di belakang tabir, karena juga kita tidak tahu kondisi psikologis orang yg menerima kritik saran, bs melecutkan namun banyak juga yg punah setelah di kritik. Wallahu'alam
BalasHapusKritik itu memang sangat bagus ya mba..jika dibarengi dengan etika kritik yang juga ahsan..karena yang dari hati akan sampai ke hati..sedangkan yang dari emosi akan berbuah dendam dan sakit hati..masyaallah..makasih sharing nya mbaa :"
BalasHapusSetuju mba. Apalagi kritik yang membangun ya. Tetap harus di terima walau kadang berat.
BalasHapusJadikan kritik sbg bahan introspeksi diri, betul bgt mba...
BalasHapusJujur aku masih suka baperan kalo dikritik orang. Hehe. Gimana ya biar gak baperan, udah berusaha tapi susah
BalasHapusBener Mba, adakalanya krn di kritik kita jd bangkit, jd berubah dan tertantang untuk jd lbh baik (bukan artinya dendam sama yg ngeritik yak hehe)
BalasHapusMasyaAllah jadi pengen punya bukunya juga. Hehe
BalasHapusMasyaaAllah tertampar banget, biar enggak gampang baperan.
BalasHapusmasya allah, terimakasih sharingnya mbak 🙏🤗
BalasHapusSemoga dgn adanya kritik kita bisa introspeksi diri unt jd pribadi yg lbh baik lagi & saya msh belajar unt legowo menerima kritik 🙏
BalasHapusMenerima kritik memang berat, tapi itu bagus bagi diri kita sendiri untuk berintropeksi agar terus bertumbuh dan lebih baik lagi kedepannya :)
BalasHapusBener mbaa, harus bisa pinter2 mengelola emosi dalam menerima kritik ya, Thanks for sharing mbaa
BalasHapusThanks for reminder ❤️
BalasHapusHarusnya memang di saring ya Mba, tapi aku kok masiah sering baper :( Makasih sharingnya Mba
BalasHapusMasya Allah, iya nih mba belajar supaya gak baper kalau dikritik
BalasHapus