Konten [Tampil]
Pernah berada di fase ketika semua rencana tidak berjalan sesuai dengan rencana, rasanya menjadi abu-abu karena tidak menemukan kejelasan apakah itu putih atau hitam. Menyerah? Hampir. Tapi bukannya semua itu tergantung pada diri kita. Mungkin aku lupa melibatkan Allah dalam semua pembuatan rencana tersebut. Atau ditengah jalan aku terlalu sombong sehingga yakin akan dapat mencapainya hingga lupa menitipkan semua harapan itu pada Allah.
Fase abu-abu menurutku tidak sekali dua kali hadir dalam hidupku. Bahkan dia kembali hadir ketika aku terlalu sombong untuk mewujudkan semua rencana itu. Berbagai upaya telah coba kulakukan tapi satu yang terlewat yaitu melibatkan Allah sebagai tempat untuk menitipkan semua harapanku. Sebagai manusia aku tau, kewajibanku cukup beribadah dan menjalankan apa yang menjadi fitrahku. Sisanya? Biarlah Allah yang tau, apa yang baik bagiku dan apa yang tidak. Bukan malah memaksakan kehendak. Sulit memang, menitipkan semua harapan dan memasrahkannya kepada Allah. Karena terkadang, terlalu egois ingin ini itu karena merasa hal tersebut yang terbaik.
Ketika semua menjadi abu-abu setelah semua pertanyaan memperoleh jawaban yang sama tanpa ujung. Mungkin hanya bisa mengingat surat Ar-Rahman, agar kembali diingatkan jika banyak hal yang bisa disyukuri dibandingkan untuk disesali. Mungkin butuh malam-malam panjang agar bisa bercerita dengan leluasa kepada Allah. Mungkin butuh menyerahkan semua kepada Allah dan meminta yang terbaik dari apa-apa yang diinginkan tanpa memaksakan kehendak.
Posting Komentar
Posting Komentar